Manshubatul Asma : Isim-Isim Yang Dinashabkan | Kitab Al Jurumiyah

Manshubatul Asma atau Isim-Isim Yang Dinashabkan - Pada kesempatan kali ini, kami akan sajikan pembahasan tentang Bab Isim-Isim Yang Dinashabkan

isim isim yang dinashabkan

Manshubatul Asma atau Isim-Isim Yang Dinashabkan - Pada kesempatan kali ini, kami akan sajikan pembahasan tentang Bab Manshubatul Asma atau Isim-Isim Yang Dinashabkan. Bab ini adalah kelanjutan dari bab sebelumnya, yaitu Bab Marfuatul Asma atau Isim-Isim Yang Dirafa'kan. Kami asumsikan teman-teman sudah membaca pembahasann tersebut.

Pembahasan ini kami rangkum dari dua kitab nahwu populer, yaitu Al Jurumiyah dan Al Imrithi. 

Manshubatul Asma atau Isim-Isim Yang Dinashabkan

Isim-isim yang dinashabkan ada 15 macam, yaitu : maf'ul bih, mashdar, dharaf zaman, dharaf makan, hal, tamyiz, mustasna, isim laa, munada, khabar kaana dan saudara-saudaranya, isim inna dan saudara-saudaranya, dua maf'ul, yaitu : dhanna dan saudara-saudaranya, maf'ul min ajlih, maf'ul ma'ah, dan lafad yang mengikuti kepada lafad yang dinashabkan, yaitu : na'at, 'athaf, taukid, badal.

Isim-isim yang dinashabkan, ada 15 macam, yaitu :

1. Maf'ul bih

Maf'ul bih ialah isim manshub yang menjadi sasaran perbuatan pelaku (objek).

Contoh : قَرَأْتُ القُرْاَنَ (aku telah membaca Al-Quran)

Lafad قَرَأْتُ fi'il dan fa'il, sedangkan lafad القُرْاَنَ berkedudukan sebagai maf'ul bih, dinashabkan, tanda nashabnya fathah, karena isim mufrad.

2. Mashdar

Mashdar ialah isim manshub yang dalam tashrifan fi'il jatuh pada urutab ketiga, seperti : ضَرَبَ يَضْرِبُ ضَرْبًا

Contoh : نَصَرْتُ زَيْدًا نَصْرًا (aku telah menolong Zaid dengan sebenar-benarnya)

Lafad نَصْرًا merupakan mashdar.

3. Dharaf Zaman (Keadaan Waktu)

Dharaf zaman ialah isim zaman (waktu) yang dinashabkan dengan memperkirakan makna fi (pada atau dalam).

Contoh : صُمْتُ اليَوْمَ (pada hari ini aku telah berpuasa)

Lafad اليَوْمَ (pada hari ini) adalah dharaf zaman

4. Dharaf Makan (Keadaan Tempat)

Dharaf makan ialah isim makan (tempat) yang dinashabkan dengan memperkirakan makna fi (pada atau dalam)

Contoh : جَلَسْتُ اَمَامَ زَيْدٍ (aku telah duduk di hadapan Zaid)

Lafad اَمَامَ (di depan atau di hadapan) adalah dharaf makan

5. Hal

Hal ialah isim manshub yang memberikan keterangan keadaan yang samar. Hal tidak akan terjadi kecuali dengan isim nakirah dan tidak pula terjadi kecuali sesudah kalam sempurna (yakni, hal tidak terjadi pada pertengahan kalam) dan tidak terjadi shahibul hal (pelaku hal) kecuali harus isim ma'rifat.

Contoh : جَاءَ زَيْدٌ رَاكِبًا (Zaid telah datang dengan berkendara)

Lafad رَاكِبًا (dengan berkendara) menjelaskan keadaan atau kedatangan Zaid (jangan sampai ia diduga berjalan kaki).

6. Tamyiz

Tamyiz ialah isim manshub yang berfungsi menjelaskan zat yang samar. Tamyiz tidak akan terjadi kecuali harus dengan isim nakirah dan tidak akan terjadi pula kecuali sesudah kalam sempurna (kalam tamam).

Contoh : اِشْتَرَيْتُ عِشْرِيْنَ كِتَابًا (aku telah membeli dua puluh kitab)

Lafad كِتَابًا adalah tamyiz.

7. Mustasna (Pengecualian)

Mustasna ialah isim yang terletak sesudah illa atau salah satu saudara-saudaranya

Contoh : جَاءَ القَوْمُ اِلاَّ زَيْدًا (kaum itu telah datang kecuali Zaid)

8. Isim Laa

Laa nafi berfungsi menashabkan isim nakirah (tidak menashabkan isim ma'rifat) tanpa tanwin (dengan syarat);

1) Jika bertemu dengan isim nakirah (menjadi isim laa) dan lafad laa tidak berulang-ulang.

Contoh : لاَ رَجُلَ فِى الدَّارِ (tiada seorang laki-laki pun di dalan rumah)

2) Jika laa tidak bertemu dengan isim nakirah, makaa diwajibkan rafa' (sebab isim nakirah menjadi mubtada' yang diakhirkan) dan laa-nya wajib berulang-ulang.

Contoh : لاَ فِى الدَّارِ رَجُلٌ وَلاَ امْرَأَةٌ (di dalam rumah itu tidak ada laki-laki dan tidak ada pula perempuan)

*Laa yang demikian itu, tidak meniadakan sama sekali.

3) Jika laa berulang-ulang (serta bertemu dengan isim nakirah), maka dibolehkan mengamalkan laa (yaitu menashabkan isim nakirah) dan boleh pula membiarkannya (tidak menashabkan isim nakirah)

Contoh dengan mengamalkan laa : لاَ رَجُلَ فِى الدَّارِ وَلاَ امْرَأَةٌ (di dalam rumah itu tidak ada laki-laki dan tidak ada pula perempuan)

Contoh tidak mengamalkan laa : لاَ رَجُلٌ فِى الدَّارِ وَلاَ امْرَأَةٌ (dengan memakai harakat dhammah pada lafad rajulun dan imra'atun-nya)

Jika lafad رَجُلٌ dan اِمْرَأَةٌ dinashabkan, maka menjadi isim laa yang beramal ; dan jika lafad رَجُلٌ dirafa'kan, maka menjadi mubtada' dan lafad فِى الدَّارِ sebagai khabarnya, sedangkan lafad laa-nya dibiarkan dan lafad اِمْرَأَةٌ di'athafkan kepada رَجُلٌ

9. Munada

Munada ialah isim yang terletak setelah huruf nida'. Munada itu ada lima macamn yaitu : 1) Munada yang berbentuk mufrad 'alam, 2) Munada yang bersifat nakirah maqsudah, 3) Munada yang bersifat nakirah ghairu maqsudah, 4) Munada yang berbentuk mudhaf, 5) Munada yang diserupakan dengan mudhaf.

1) Munada yang berbentuk mufrad 'alam

Contoh : يَا زَيْدُ (hai Zaid!), يَا عُمَرُ (hai 'Umar!), يَا اَحْمَدُ (hai Ahmad!)

2) Munada yang bersifat nakirah maqsudah (nakirah yang ditentukan)

Contoh : يَا رَجُلُ (hai laki-laki! (menyeru seseorang yang tidak diketahui namanya)

3) Munada yang bersifat nakirah ghairu maqsudah (yang tidak ditentukan maksudnya)

Contoh : Seperti perkataan seorang tuna netra : يَا رَجُلاً خُذْ بِيَدِيْ (hai laki-laki! Bimbinglah tanganku ini)

4) Munada yang berbentuk mudhaf (yaitu munada dengan lafad yang di-idhafatkan)

Contoh : يَا عَبْدَ اللهِ (hai 'Abdullah!)

5) Munada yang diserupakan dengan mudhaf

Contoh : يَا طَالِعًا جَبَلاً (hai orang yang mendaki gunung!)

10. Khabar Kaana dan saudara-saudaranya

Contoh : كَانَ زَيْدٌ قَارِئًا (adalah Zaid seorang qari atau pembaca Qur'an)

Lafad قَارِئًا adalah khabarnya kaana.

11. Isim inna dan saudara-saudaranya

Contoh : اِنَّ زَيْدًا قَارِئٌ (sesungguhnya Zaid seorang qari) Lafad زَيْدًا adalah isimnya inna

12. Dua maf'ul, yaitu dhanna dan saudara-saudaranya

Contoh : ظَنَنْتُ زَيْدًا قَائِمًا (aku telah menduga Zaid berdiri)

Lafad زَيْدًا قَائِمًا adalah dua maf'ul dari ظَنَنْتُ

13. Maf'ul min ajlih

Maf'ul min ajlih ialah isim manshub yang dinyatakan sebagai penjelasan bagi penyebab terjadinya fi'il (perbuatan)

Contoh : قَامَ زَيْدٌ اِجْلَالًا لِعَمْرٍو (Zaid telah berdiri sebagai penghormatan bagi 'Amr)

Lafad اِجْلَالًا menjelaskan penyebab Zaid berdiri.

14. Maf'ul ma'ah

Maf'ul ma'ah ialah isim manshub yang dinyatakan untuk menjelaskan zat yang menyertai perbuatan pelakunya.

Contoh : جَاءَ الاَمِيْرُ وَالجَيْشَ (pemimpin beserta bala tentaranya telah datang)

Lafad وَالجَيْشَ adalah maf'ul ma'ah, sebab isim yang menyertai kedatangan pemimpin.

15. Lafad yang mengikuti kepada lafad yang dinashabkan

Lafad yang mengikuti kepada lafad yang dinashabkanyaitu na'at, 'athaf, taukid, badal.

(Telah diuraikan dalam pembahasan Marfuatul Asma atau Isim-Isim Yang Dirafa'kan)

manshubatul asma

Demikian pembahasan tentang Manshubatul Asma atau Isim-Isim Yang Dinashabkan. Pada artikel selanjutnya kami akan sajikan tentang Bab Isim-Isim Yang Dijerkan, InsyaAllah.